Kilas Balik Unjuk Rasa Petani Bawang Merah Brebes 2012

Kilas Balik Unjuk Rasa Petani Bawang Merah di Kabupaten Brebes pada Tahun 2012

Kilas Balik Unjuk Rasa Petani Bawang Merah Brebes 2012
Suasana Unjuk Rasa Petani Bawang Merah Tahun 2012 (Doc. Istimewa)

Hujan rintik-rintik menyapu jalanan di Pasar Timbreng Desa Kupu, Kecamatan Wanasari Brebes. Udaranya membuat sore itu terasa lebih dingin dari biasanya. Imam Turmudzi menyedot Djarum Extra dalam-dalam. Dihembuskannya kretek tersebut perlahan, sambil menengadah, pikirannya menerawang jauh. 

"Kejadiannya sudah lama mas, ya, 11 tahun lalu, 16 Januari 2012 , saya masih ingat betul waktu itu. Seluruh lapisan masyarakat, baik itu petani, bakul lokal, tukang butik songgol, Mahasiswa, juga beberapa organisasi besar seperti HKTI, dan KTNA bergerak bersama", katanya lambat-lambat kepada kami, Tim Ansor Media PAC Ansor Wanasari. 

Imam Turmudzi yang sekarang menjabat sebagai Ketua Departemen Pertanian PAC GP Ansor Wanasari juga menuturkan, bahwa Kelompok Tani (Poktan) Sumber Pangan Kupu juga ikut serta dalam aksi tsb. 

"Dari kami, Poktan Sumber Pangan Kupu juga ikut waktu itu. Bahkan bukan hanya kami, tapi
hampir seluruh Poktan yang ada di Kec.Wanasari dan Bulakamba juga ikut serta".

Hari itu, Senin, 16 Januari 2012, pukul 06.00 WIB, ribuan masa dari berbagai unsur masyarakat di Brebes dan daerah lain disekitarnya sudah menyemut di Pasar bawang Klampok. Semakin siang, masa pun berdatangan semakin banyak. 

Sekitar pukul 07.00 WIB, mereka pun mulai menjalankan aksinya. Beberapa orang membakar semangat dengan orasinya. Tuntutannya satu, tutup kran impor yang membuat harga bawang merah terjun bebas secara gila - gilaan. 

Bawang merah merupakan komoditi dengan modal besar. Harga bibitnya saja 1/3 dari hasil panen, itu harga terendahnya, jika harga bibit tidak sedang meroket. Tak jarang harga bibit bisa mencapai separuh lebih dari hasil panen, belum menghitung ongkos untuk pupuk dan obat - obatan, serta biaya perawatan yang meliputi tenaga kerja. Dan tak ada jaminan bisa panen dengan sukses. 

Sementara pada waktu itu, harga bawang merah merosot tajam, dan ini bertahan cukup lama. Faktor utamanya adalah import jor - joran Bawang Merah. Ini yang membuat para petani sesak nafas, dan akhirnya menjerit keras. 

"Bayangkan, Mas, masa Bawang Merah cuma dihargai setara dengan 2 bungkus mie instan? Kan ngawur itu. Padahal, ongkos produksi bawang merah itu seperti balapan mlarat (miskin) loh. Bagaimana petani ndak tercekik, makanya muncul pepatah di masyarakat, "Nandur bawang, tukule utang (menanam bawang tumbuhnya hutang)", ceritanya sambil sesekali menyeruput kopi gajah. Sementara raut wajahnya jelas membayangkan keprihatinan mendalam. 

Sementara itu, setelah berkumpul dan berorasi di Pasar Bawang Klampok, masa kemudian bergerak menuju Kantor Bupati di jalan Pangeran Diponegoro No.141, untuk menyampaikan aspirasinya kepada Bupati Brebes. 

Ribuan petani yang melakukan long march ini sempat melakuan sweeping gudang milik importir di sekitar pasar bawang merah Klampok. Tapi aksi ini segera digagalkan aparat kepolisian maupun koordinator kelompok aksi.

Pasar Bawang Klampok dan Kantor Bupati berada satu jalur di Pantura, sementara saat itu belum ada jalan lingkar utara (Jalingkut), dan jalan tol Pejagan - Brebes, sehingga praktis arus lalu lintas trans Jawa melewati jalur unjuk rasa tersebut, sehingga arus lalu lintas mengalami kemacetan parah dari arah Jakarta di barat, dan dari arah Semarang di timur, karena di blokir oleh peserta aksi. 

Blokir jalur nasional ini dilakukan setelah pertemuan dengan Direktorat Jenderal Perdagangan di Jakarta bersama petani dan pengusaha bawang importir mengalami kebuntuan. 

Juwari, Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia menceritakan saat pertemuan pada pekan sebelumnya, justru disalahkan oleh importir yang menuding petani tak punya manajemen yang baik.

“Ini sangat menyakitkan. Dalam pertemuan dengan Dirjen Perdagangan, kami justru disalahkan dengan alasan tak punya gudang dan lain sebagainya,” kata Juwari.

Setelah puas berunjuk rasa di kantor Bupati, selanjutnya massa berjalan kaki ke kantor DPRD di jalan Jl. Gajah Mada No.5, Kotabaru, Brebes. 

"Waktu itu media sosial belum semasif seperti sekarang ini, informasi hanya dari mulut ke mulut dan SMS. Unjuk rasa diikuti oleh petani bawang merah dari Brebes, Tegal dan Cirebon serta perwakilan Sentra Penghasil Bawang Merah Lainnya. Seragam merah biru, berlogo "Sumber Pangan" itulah Poktan Kami yang ikut andil didalamnya", kata Imam Turmudzi sembari menunjukkan sebuah foto yang tersimpan didalam ponselnya. 

Ketua Dewan Bawang Merah Nasional saat itu Sunarto Ato Taryono menyatakan bertanggung jawab atas aksi petani di pantura ini. Ia mengakui sengaja mengimbau untuk turun ke jalan secara serempak bagi petani bawang merah nasional. “Ini sudah menjadi sikap bersama ketika pemerintah tak peduli terhadap nasib petani bawang,” ujar Sunarto.

Berdasarkan catatannya, terdapat 36 kabupaten dan kota di 11 provinsi yang memproduksi bawang merah. Kondisi ini ternyata tak dipertimbangkan oleh pemerintah pusat yang terus memberikan kesempatan impor bawang terhadap pengusaha.

Sunarto menjelaskan impor bawang merah ini terus ditingkatkan tiap tahun. Tercatat, ekspor bawang merah ini mencapai 50 ribu ton pada 2010 dan meningkat menjadi 150 ribu ton pada 2011. “Makanya kami sengaja menggelar aksi besar-besaran menolak impor bawang yang rencananya mulai berlaku bulan Februari mendatang,” ujar Sunarto.

Sikap petani ini direstui Pemerintah Kabupaten Brebes. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Brebes Muhammad Ikbal menuding kebijakan impor bawang merah ini adalah tanggung jawab pemerintah pusat. “Saya menyatakan secara resmi mendukung sikap petani, bahkan secepatnya ikut ke Jakarta untuk menolak impor bawang merah,” ujar Ikbal. 

Berita unjuk rasa besar-besaran Petani Bawang Merah Brebes menjadi headline media nasional saat itu, dan banyak menjadi perbincangan masyarakat se-Indonesia. Sehingga menjadi perhatian besar bagi para pejabat pemerintahan di tingkat pusat. 

Akibatnya bisa ditebak, kenaikan harga Bawang menjadi salah satu prioritas nasional. Impor Bawang Merah dibenahi dengan baik. Sehingga kemudian harga Bawang Merah merangkak naik, dan menjadi stabil dalam tempo waktu yang tidak terlalu lama.*(AR/ZQ)